Kamu tahu, betapa kecewanya
ketika kita mencari orang yang benar-benar akan kita jadikan satu untuk yang
terakhir ternyata dia hanya datang sebentar lalu pergi. Dia pergi dengan
bahagianya, sementara aku dengan kesedihanku. Tapi tak perlu lama, hidupku
harus berlanjut.
Aku yang menjadikanmu wanita
satu-satunya dari berbagai banyaknya wanitaku sebelumnya. Kamu wanitaku yang
aku jadikan sebagai bagian dalam rencana hidupku kedepan. Mungkin belum nampak,
karena aku ingin menampakkannya ketika kamu ikut didalam rencanaku. Tapi kamu
hanya sebatas hadir lalu pergi. Bukan untuk menemaniku, hanya menghampiri lalu
menamparku. Sadar diri, atas segala yang aku perbuat selama ini.
Kamu, wanitaku dari sekian
setelah aku ikrarkan kamu menjadi bagian hidupku. Kamu wanitaku setelah ibuku
yang selalu ada didalam doaku. Maafkan, Tuhan tidak menginginkan kita bersama.
Ada salah dan buruknya dari aku dan dirimu.
Kamu wanitaku, yang mampu merubah
semua kebiasaanku. Dari porsi tidur dan keseharianku. Terima kasih, mengajarkanku
untuk selalu begadang setiap malamku. Setidaknya itu persiapanku untuk turun
didunia nyata nantinya. Maklum sekarang masih di alam ghaib.
Kamu, wanitaku yang mengajarkan
aku untuk bersabar. Bersabar menghadapi tingkahmu, layaknya babu yang menurut
semua perkataanmu. Aku lakukan, karena sayang dan cintaku. Tapi sayang, cintaku
dan sayangku tidak dapat aku rasakan lagi saat ini. Aku rela, melepasmu. Karena
itu kemauanmu.
Kecewa, semua janji manismu. Tak
semanis wajahmu, mungkin hatimu kelabu. Masih menggenggam erat laki-lakimu yang
jelas dia menyakitimu. Tapi aku tidak bisa menyalahkanmu. Mungkin kamu terlalu
mencintainya. Sama halnya aku yang mencintaimu. Tapi aku tidak bodoh sepertimu,
aku bisa untuk pergi darimu. Semua keinginanmu.
Kamu, wanitaku. Yang sekarang
telah penuh dengan segala macam jenis umpatanku. Maafkan aku, semua sudah
berakhir. Tidak perlu aku seperti itu. Cukup satu hari lalu usai… Terserah maaf
untukku akan ada atau tidak darimu. Bukan urusanku.
Wanitaku, selamat. Semoga bahagia
dengan segala keputusanmu. Tak perlu kamu pikirkan kondisiku. Karena aku tahu
kamu tidak pernah memikirkan hal itu. Setidaknya, pernah kamu memikiranku,
dalam kondisi butuh bantuanku. Sisanya? Aku tak tahu.
Tuhan mempertemukan kita, dengan
cara yang sama sekali tidak pernah aku duga. Bahagia dan kecewa, Tuhan berikan.
Adil rasanya, karena hidup tidak melulu bahagia. Sakit untuk merasakan
kesembuhan. Sehat untuk merasakan sakit. Seperti itulah.
Tak perlu kamu datang kembali.
Aku sudah sanggup menata kembali hari-hariku. Tak perlu aku mencari
penggantimu. Biar Tuhan yang mempertemukan lagi dengan orang yang lebih baik
daripadamu. Semoga…
Doaku, semoga kamu bahagia. Jika
iya nantinya Tuhan membalas segala perbuatanmu kepadaku. Maaf, itu bukan aku
yang memberikan. Mungkin balasan atas perbuatanmu sekarang ini.
Tak perlu, kalian pertahankan
seseorang yang memang tidak mencintaimu. Sudahlah, lupakan. Biarkan dia pergi
dengan segala kepalsuan yang dia hadirkan…