Aku lupa menceritakan ini,
kejadian Dia dengan Mawar setelah kegiatan di tempatku. Seusai Mawar mengisi
acara disana. Kurang lebih ceritanya seperti ini kalau aku tidak salah tangkap
maksud dari Dia.☝
Waktu itu sekitar jam 12 siang,
cuaca cukup bersahabat dan roman-romannya akan segera turun hujan. Hey, Dia
bukan pawang hujan atau peramal cuaca. Dia hanya melihat kondisi alam lalu menyimpulkan.
Benar, hujan turun saat Dia dalam perjalanann mengantarkan Mawar kembali pulang
ke kosnya.💕
Aku ingin kembali ke waktu Dia
sedang menjemput Mawar untuk ke Desa tempat Mawar akan mengisi acara.💣💫
Sebelum acara dimulai sekitar jam
9 pagi. Dia menjemput Mawar di kosnya di daerah sekitar kampus UIN Malang. Waktu
itu kondisi hati Dia begitu kalut, melihat ada perbedaan dari Mawar. Tidak sama
ketika awal berbicara melalui pesan singkat BBM. Sepertinya aku harus
menceritakan Dia dan Mawar di pertemuan keduanya.
Pertemuan kedua…
Saat itu jam ditangan Dia
menunjukkan pukul 12 siang. Sebelumnya Dia tidak ada janji dengan Mawar untuk
bertemu. Hari itu hari selasa, dan pertemuan yang direncanakan seharusnya Rabu.
Satu hari sebelum acara dilaksanakan. Tapi entah kenapa Tuhan seperti
menasbihkan Dia dan Mawar untuk bertemu hari itu.
Sebenarnya Aku yang meminta Dia
untuk melakukan pertemuan itu. Tapi aku pikir seharusnya tak perlu untuk
bertemu. Karena Aku hanya meminta Dia untuk memberikan materi yang akan di
sampaikan Mawar pada hari kamis nanti. Kalau perlu materi tinggal email dan
beres sudah masalahnya. Tapi entah kenapa, sepertinya Dia rindu.
Akhirnya Dia bertemu dengan
Mawar. Dia menemui Mawar di gedung fakultas kedokteran. Mawar sedang ada
kuliah, atau hanya sekedar ingin bertemu dengan dosen untuk bimbingan skripsi
mungkin itu aku tidak tahu pasti. Hay, aku lupa menceritakan. Mawar adalah
calon perawat, cantik, lucu, imut. Ah sudahlah, aku pun tak tahu harus
menggambarkan dia seperti apa. karena kata-kata tidak bisa menceritakan semua
tentang Mawar. Apalagi Dia? Dia yang sedang terbuai dengan segala hal tentang
Mawar. Sementara aku hanya mengerti melalui cerita dari Dia. Andai aku jadi
Dia, aku bahagia. Sayang, Dia adalah temanku. Aku tak mau Dia terluka. Aku tak
mau Dia sedih. Janganlah kamu sakiti Dia Mawar.
Dari kejauhan tampak wanita itu,
Mawar. Menenteng helm dan mencoba menghampiri Dia yang memang sedang mencari
dimana Mawar.
“Hey” Sapa Dia, tentunya dengan
senyuman. Kebahagiaan, ah apalah itu luar biasa aku sendiri bingung mau nulis
apa.
“Iya, aku dari tadi disini” dia
berbicara dan tersenyum. Aku menulisnya dengan membayangkan senyuman Mawar. Kok
aku bisa tahu, iya waktu itu kan dia mengisi acara di tempatku. Setidaknya aku
tahu. Bagaimana Dia tidak bahagia, wanita yang dia cinta ternyata luar biasa.
“Iya maaf ya, aku gak bergitu
paham dengan kampusmu. Aku paham kamu” Dia mencoba membuat Mawar tertawa. Dan,
berhasil.
“Yaudah kita mau kemana?” Tanya
Mawar.
“Entahlah, makan yuk” Tanya Dia
sambil melihat wajah Mawar yang sedang duduk di belakang Dia.
“Yaudah jalan dulu, kita cari
disekitar sigura-gura aja” Saran Mawar. Kalian harus tahu, sigura-gura adalah
tempat dimana banyak makanan, banyak kos, banyak kemacetan dan ada Mawar disana.
Kalian harus coba.
“Okedehhh, berangkat” Dia,
bahagia.
Masih bingung, dan tak tahu mau
kemana. Sembari diatas motor, Mawar menjelaskan apa yang dia lakukan selama
dikampus. Dan ternyata sedang konsultasi dengan dosen untuk skripsinya yang
menurutku keren. Mawar meneliti tikus, hehehe. Kamu pintar Mawar. Dia bahagia
mengenalmu.
“Mau kemana ini?” Tanya Dia pada
Mawar.
“Emmm, jalan terus deh nanti ada
Mie Gentong *kalau aku gak salah denger*” Jawab Mawar.
Akhirnya Dia dan Mawar pergi ke
tempat tersebut. Tempat yang sederhana, dan sepertinya enak. Aroma mie sudah
tercium saat Dia dan Mawar memarkirkan motor cukup mengundang perut yang memang
sudah kelaparan dan berontak ingin makan.
Pesan, lalu bayar…
Duduk menunggu pesanan datang. Bercerita
segala hal, aku tak tahu jelas apa yang mereka bicarakan.
“Aku gampang deket sama cewe,
lebih gampang temanan sama cewe daripada cowo. Gak tahu kenapa” kata-kata itu
sempat terucap dari mulut Dia.
Mawar sepertinya berfikiran yang
tidak-tidak. Omongan itu Mawar asumsikan bahwa Dia adalah playboy.
Perbincangan selanjutnya aku
tidak tahu pasti. Yang jelas Dia meminta materi yang akan disampaikannya untuk
teman-teman Dia yang meminta untuk dipelajari.
Setelahnya lalu pergi
meninggalkan tempat makan tersebut.
Tapi selama hari itu sampai Dia
mengantarkan kembali Mawar ke kampus untuk mengambil motor Mawar. Tak ada kesan
dia marah, dia berfikiran enggak-enggak juga enggak ada. Tapi setelah mereka
berpisah kembali ke peradaban masing-masing. Mawar berubah. Jutek, dan seperti
tidak peduli.
Saat Dia berbicara “Kamu kenapa,
aku ada salah?” selalu Mawar menjawab “Gak papa kok”.
Tapi Dia tahu, Firasatnya terlalu
kuat untuk kebohongan yang Mawar tunjukkan. Sampai pada suatu sore…
“Kamu kenapa, udah jangan bohong.
Aku tahu ada sesuatu hal ingin kamu tanyakan. Ada hal yang mengganjal dihatimu?”
Tanya Dia.
“Tidak ada apa-apa kok” masih dengan jawaban
yang sama dari Mawar.
“Please jujur, ada apa?” Pinta
Dia pada Mawar.
“Setelah acaramu aku ingin
berbicara sesuatu kepadamu” Jawab Mawar.
“Apa? Kenapa tidak sekarang?” Dia
begitu penasaran dengan apa yang ingin diucapkan Mawar.
“Sabar, dua hari lagi kok” Jawab
Mawar.
Dia memaksa Mawar untuk berbicara
waktu itu juga. Karena Dia memang tidak suka dibuat penasaran. Dengan pikiran
yang berkecamuk, apakah Mawar ingin pergi, atau apalah. Dia tidak sanggup
memikirkan apapun. Dia khawatir. Dia terlalu takut. Berlebihan ya Dia… tapi aku
tahu dan aku memakluminya. Dia memang punya perasaan itu.
“Aku tahu, kamu pasti memikirkan
omonganku tadi siang bukan?” Tanya Dia.
“Omongan apa, enggak kok” Jawab
Mawar mencoba berbohong.
“Tolong jujur, iya kan?” Sekali
lagi Dia meyakinkan Mawar.
“Enggak kok enggak” Mawar masih
kekeh dengan jawabannya.
“Kamu mikir aku gampang dekat
dengan cewek kan?” Tanya Dia.
“Nah itu tau.” Jawab Mawar.
“Maksud omonganku tadi siang
tidak seperti apa yang kamu bayangkan. Aku hanya gampang dekat dengan cewek
hanya anggap mereka teman. Dan memang temanku kebanyakan cewek. Itupun aku
tidak menaruh hati kepada mereka. Karena mereka memang teman-temanku.”
Penjelasan yang entah dapat meyakinkan Mawar atau tidak.
Aku tak tahu, yang jelas Mawar
untuk sementara waktu percaya dan mencoba percaya menurutku.
Lalu pagi itu, kamis Dia
menjemput Mawar di Kosnya… dengan suasana yang berbeda. Mawar berubah, entahlah
… 💤💤💤
Berarti yg salah ucapannya tuh
ReplyDeleteAyo kita gebukin rame2 ucapannya
Si Dia ini pake ngomong gitu segala sih.. jadi berubah sikap dh mawarnya...
ReplyDelete