Selama sebulan, Edgar mencoba
melupakan kepahitan yang terjadi. Kepahitan yang menimpanya secara bertubi
tubi. Yang sebenernya adalah hal bodoh yang dia kerjakan, hanya karena cinta
dia berubah menjadi sosok yang pendiam dan cenderung senang menyendiri. Hanya bertemankan
Headset yang nempel dikepalanya, tentunya suara yang ditimbulkan itu hanya
suara lagu yang isinya semakin memperburuk kondisinya. Tepat sekali, puluhan
lagu yang melow dan galau ada dilist telephone genggamnya. Hanya itu yang
menemaninya di pagi , sore dan malam hari.
Yang ada dalam benaknya hanya “kenapa
ada wanita sekejam mereka berdua, yang meruntuhkan semua yang dimiliki pada
dirinya?” pertanyaan yang akan pahit sekali jika mengingat masa lalu yang beberapa
minggu telah menimpanya.
Setelah satu bulan lebih, dia coba
memaafkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Karena dia sadar, dia melakukan
kesalahan bodoh. Dia mencintai sahabat mantan pacarnya sendiri. Tapi tidak
sepenuhnya salahnya, ini hanya persoalan rasa dan waktu. Iya, rasa sayang dan
waktu dalam kekosongan yang mempertemukan keduanya dalam lorong waktu yang
memisahkan jarak antar Edgar dan Alel.
Surabaya – Selangor (malasyia) itu
jauh sekali, naik becak juga gempor bakalan nih kaki. Hanya pesawat dan kapal
laut kendaraan yang bisa mempertemukan jarak tersebut. Tapi apa daya,lorong
waktu yang sejauh itupun mampu ditembus oleh rasa sayang antar Edgar dan Alel. Andai
saja jarak itu seperti rasa sayang, pasti bisa pergi ketempat yang kita suka dengan
mudahnya. *seperti hati yang mudah berpindah setelah menemukan kenyamanan yang
lainnya*
“Kangen 0110 *simbol Love*”
Itu recent update yang ada
dicontact Edgar, itu tulisan orang yang pernah dia sayang, sekaligus yang saat
ini sedang dia benci. Seketika melihat recent update dari Alel, semakin
membingungkan bagi Edgar. “Apa maksud semua ini?, bukankah dia yang memilih
mengakhiri semua itu?” pertanyaan yang menghampiri pikiran Egdar saat itu juga.
Menghilangkan sedikit rasa bencinya kepada Alel. “Tapi apa memang dia
menyayangiku ?” pertanyaan yang bisa dijawab oleh Alel sendiri, nanti saat dia
ada di Indonesia.
“Dek” Awal perbincangan yang
terkesan sangat canggung sekali saat Edgar memulai obrolan lewat Blackberry
Mesenggernya. Lama sekali, menunggu balasan pesan itu, hanya melihat dan
mematikan BB nya, berharap segera di read bukan hanya delivered.
Lampu berwarna merah disudut atas
BB pun menyala, ternyata Alel.
“ya mas ada apa?”. Balasan singkat
yang diberikan Alel, bingung rasanya. Masih berkecamuk dalam perasaan Edgar
mengenai apa yang telah dia lakukan. Datang hanya untuk memberi luka, luka yang
masih membekas denga masa lalunya. Ditambahkan lagi dengan luka yang diberikan
oleh Alel. Tapi Edgar tidak ingin ada dalam kondisi tersebut. Dia telah dewasa,
dia harus bisa menyikapi semua itu.
“Kamu marah sama aku?”. Edgar mencoba
pelan dan tidak terkesan ingin mencari keributan. Hanya berharap dia bisa
berkomunikasi lagi dengan Alel. Meskipun ada luka yang diberikan.
“enggak kok mas, seharusnya aku
yang tanya seperti itu dari kemarin. Hanya aku takut kamu masih menyimpan
dendam denganku” dengan emoticon sedih menyertai pesan tersebut.
Cukup membuat tarikan tipis
dibibir Edgar bersemi.
“Sebenarnya aku memang sayang
kamu, tapi aku gak enak sama Putri. Percaya plis denganku, aku gak ada maksud
untuk mempermainkan perasaanmu. Ada saatnya nanti kita bisa bersatu. Percayalah”
Jawaban dari Alel, yang mencoba
meyakinkan Edgar kalau apa yang selama ini dia pikirkan tentangnya itu salah. Karena
Alel memang menyayangi dia, meskipun bentuk rupa dan segalanya belum tergambar
kan dengan jelas diingitan mereka berdua. Hanya foto yang membisu yang mampu
menggambarkan kondisi wajah dan senyumannya.
Semakin membuat Edgar bimbang, apa
yang terjadi sebenarnya. Apa ini sebuah karma, atau apalah. Persetan dengan
semua ini. Dia selalu terbayang dengan kejadian semua ini. Serasa cinta memang
gak pernah berpihak pada dirinya.
Setelah mereka berdua bercerita
panjang lebar mengenai apa yang terjadi, Edgar akhirnya bisa mengerti. Apa yang
dia pikirkan selama ini memang salah. Meskipun hubungan mereka selesai hari itu
juga. Tapi rasa itu tidak berhenti sampai saat ini. Alel masih menyimpan
perasaan itu, perasaan yang belum saatnya untuk diungkapkan saat ini atau
mungkin memang tidak akan pernah ada KITA(aku dan Edgar). Mengingat dia mantan
kekasih sahabatnya.
Suatu saat mungkin Alel akan
pulang ke Indonesia, dan dia memang sudah berjanji dengan Edgar. Nanti akan
pulang untuk menemuinya. Untuk pertama kalinya mempertemukan perasaan yang telah
lama terpisahkan jarak dan waktu.
“Kalau pulang jangan lupa bawa
oleh2 ya dek :p” canda Edgar pada Alel. Yang ternyata ditanggapi serius oleh
Alel.
“Oleh2 apa mas? :D Iya nanti aku
bawain kok, tenang aja”
“Apa yaaaa :D terserah deh yang
penting ikhlas” dengan emot seperti itulah kesannya jadi seperti semakin lupa
akan pernah adanya luka. Dan sekarang hanya ada tawa dan perasaan itu tentunya.
“ Aku gak mau bawain kalau kamu
gak ngomong mau minta apa” dengan emot ketus alias ngambek dia membalas chat
Edgar
“Emmmm, kalau jam tangan aja
gimana?”
“Nah gitu dong, iyaa gampang nanti
aku bawain. Asal jamnya dipakek ya” dengan senyuman pesan itu terkirim. Walau hanya
senyuman yang fana yang dia dapatkan. Karena hanya emoticon yang mengirimnya.
Beberapa bulan setelah itu, mereka
berdua lost contact. Kesibukkan masing-masinglah yang menyebabkan semua itu
terjadi. Ditambah lagi BBM Alel tidak aktif karena mahalnya biaya aktifasi BBM
di malaysia.
“Wooooiiii” sms yang ada dengan
nomor yang tidak tersimpan dengan nama di contact handphonenya. Edgar
Hanya dia abaikan, dan anggap aja
orang yang kurang kerjaan.
“Panggilan masuk 08571212171827”
Tiba-tiba ada tulisan dilayar ada sebuah panggilan dari nomor yang sedari pagi
tadi sms gak jelas. Edgar mencoba menjawab panggilan telpon tersebut.
“siapa ini?” dengan nada sopan dan
lembut Edgar menjawabnya. Dan hanya kediaman yang membisulah yang dia terima. Dengan
tanpa pikir panjang langsung tertekan tombol merah dikeypad handphonenya.
“Kringgggg” bunyi handphone yang
menandakan adanya panggilan telpon yang dia terima. Dan ternyata nomor yang
sama yang menghubunginya.
Berbeda dengan respon yang dia
berikan saat pertama kali menerima panggilan sebelumnya. Dengan nada ketus
Edgar berbicara “ Ini siapa? Tolong kalau gak ada kepentingan jangan telfon !”
“Cieee marah. Hahahahah” jawaban
yang seketika membuat Edgar kebingungan. Tapi dia merasakan kalau dia mengenal
suara itu. “Ini siapa?”. Berubah lagi menjadi lembut dan menjadi agak penasaran
dengan siapa yang ada diujung telpon tersebut.
“Ini aku Alel mas, Wkakakakka”
dengan nada bahagia Alel menertawakan Edgar. Karena dia berhasil membuat Edgar
menjadi Ketus dan galak.
“Loh kok kamu bisa telpon aku,
pakek nomer IM8 lagi. Kamu di Indonesia ya? Sekarang kamu disurabaya? Kok gak
ngomong-ngomong sih kalau mau pulang ke Surabaya” Edgar nyerocos gak karuan,
iya dia kesal karena kelakuan Alel. Walaupun tidak dipungkiri juga ada rasa
senang sekaligus rasa kaget.
“Mas aku di Indonesia sekarang” jawaban yang sangat menjengkelkan !
“Iya bego aku tahu, tapi km di
Surabaya gak?” jawaban yang sontak Edgar berikan dengan nada agak marah-marah
nya kucing lagi kawin tapi gak diladenin sama si doi.
“enggak mas, aku ada di Jogja ini”
“Loh ngapain di jogja? Gak ke
Surabaya?” Semakin membuat Edgar penasaran, iya karena dia ingin sekali
bertatap muka dengan orang yang selama ini hanya mampu dia lihat melalui gambar
yang dia kirimkan. Tanpa bisa melihatnya secara langsung apalagi sekedar
menyentuh kulit coklatnya.
“enggak mas, aku di UGM sekarang. Aku
lomba”
Perbincangan mereka semakin lama
semakin membuat rasa untuk bertemu semakin besar. Andai saja saat ini Edgar
bisa menyusulnya ke Jogja, pasti dia akan kesana. Tapi percuma, Alel hanya 3
hari di jogja. Tidak akan ada waktu buat mereka bisa bersua dengan lama.
“bagaimana hasilnya? Menang?”
Pesan singkat yang Edgar kirimkan untuk menanyakan hasil dari lomba yang Alel
ikuti.
“enggak masJ” balasan singkat dari Alel
dengan emot senyum yang dia kirimkan, dan Edgar yakin kalau itu adalah Fake
Smile
“yaudah sabar ya, mungkin belum
waktunya buat kamuJ”
hanya bisa menguatkan dia, orang yang pernah hadirkan luka, yang sekarang sudah
terlupakan luka itu.
“iya mas makasih ya” jawaban
singkat dari Alel. Mengakhiri percakapan malam itu juga.
Sampai saatnya tiba, saat Alel
berpamitan pergi kembali ketanah orang lain. Malaysia.
“Mas aku pamit dulu ya, semoga
kita bisa bertemu lain waktu. Pesawatnya sebentar lagi take off”
35 menit yang lalu. Dia membuka
pesan dari Alel. Edgar terdiam tak mampu berkata kata. Iya dia tidak bisa
membohongi rasa ini. Rasa yang sangat menghujamnya sekarang ini. Dia ingin
bertemu dengan Alel. Mungkin Alel juga merasakan sebaliknya
“Iya hati-hati ya, kalau udah
sampek di Selangor kabarin aku ya :’) sampai bertemu lain waktu. Semoga kita
bisa dipertemukan ya :’)”
Saat itu juga pesan yang dia
kirimkan tidak kunjung terkirim dan hanya“PENDING”.