Aku ceritakan, ini siapa yang
bodoh. Aku atau dia… silahkan kalian nilai. Ini cerita menurut versiku. Apa
adanya tanpa ada rekayasa atau pembelaan dariku untuk melakukan sebuah
pembenaran.
Aku lupa, hari itu aku pulang
sore atau siang dari praktik mengajarku di sekolah yang jaraknya sudah aku
ceritakan di postingan sebelumnya. Yang aku ingat, malamnya aku dan kamu
berjanji untuk keluar menemanimu mengerjakan skripsimu. Jujur, aku capek dengan
rutinitasku yang bolak-balik dari sekolah menuju kosku. Meskipun aku sudah
menyewa sebuah kamar kos didekat sekolah tempatku praktik mengajar. Tapi
rasanya aku tidak bisa untuk jauh darimu. Walau aku tahu, kita masih dalam satu
kota yang sama. Entahlah mungkin ini perasaan cinta…
Capek bukan alasanku untuk tidak
menemanimu menyelesaikan skripsimu bukan? Aku kuatkan demi kamu. Aku tunda
semua hal yang seharusnya aku kerjakan demi kamu. Termasuk tugasku sendiri aku
kesampingkan untukmu. Sebenarnya aku sendiri tidak mau keluar untuk menemanimu
mengerjakan skripsimu saja. Tapi tak apa, itu aku terima. Setidaknya aku tetap
bisa bertemu denganmu.
Karena bertemu denganmu adalah
sebuah kebahagiaan yang luar biasa. Ada didekatmu adalah tujuanku. Hangat
pelukanmu bahkan ketika sela-sela jariku terisi dengan tanganmu. Hangat aku
rasakan, nyaman dan tak ingin rasanya kulepaskan tangamu dari tanganku.
Ah kenapa aku masih ingat dengan
jelas? Karena ini baru beberapa hari yang lalu. Sekarang, kamu sudah pergi.
Aku membantumu menggunting gambar
untuk skripsimu yang kamu tempel dalam logbookmu. Aku yang memotong doubletip sementara kamu yang
merekatkannya dalam gambar yang tadi telah aku potong. Sesekali kita melihat
orang sekitar, mengomentari orang yang ada dibelakang kita. Orang yang bahagia
didepan layar laptopnya, tampak senyum sumringah darinya. Mungkin dari
pacarnya. Ternyata seperti itulah kita
ketika bahagia menerima pesan atau apapun dari orang terkasih ya. Seperti
itukan yang kamu bilang? Gak persis sih, tapi garis besarnya seperti itu.
Tahu tidak, walaupun aku
merasakan tawa dan bahagia malam itu. Aku merasakan ada hal yang berbeda. Ada
hal yang kamu sembunyikan dariku, entah apa itu. Aku tidak mau mengganggu
pertemuanku malam itu. Karena aku tahu kamu pasti akan marah jika aku
menanyakan sesuatu.
Jam 10 malam. Aku antarkan kamu
pulang. Kembali ke kosmu yang kebetulan tidak terlalu jauh. Tampak dari
kejauhan portal masuk ke area kosnya sudah tertutup setengah. Aku tetap masuk
dan mengantarkannya sampai didepan gerbang kosnya. Lalu aku kembali pulang
menuju kosku.
Belum sampai aku keluar dari
portal yang posisinya telah tertutup setengah. Satpam kompleks memberhentikan
laju sepeda motorku dengan melambaikan tangannya. Dengan muka sedikit garang
namun tetap dengan perut buncitnya yang menggemaskan.
“Mas kalau portal sudah diturunkan
lain kali jangan diantar masuk” tutur satpam kompleks
“Oh iya pak, maaf sebelumnya saya
tidak tahu” jawabku dengan rasa menyesal.
Lalu aku pergi, meninggalkan
kompleks kosnya dan didalam hati aku berkata “Ah kampret satpamnya. Ya mana aku
tahu coba, gak usaha marah keles”. Hanya sebatas gumaman didalam hati yang
tidak sempat aku lontarkan.
Masih dengan perasaan yang sama
penuh dengan tanda tanya. Apa sih yang aku rasakan malam ini. Bahagia dan sedih
bercampur menjadi satu.
Aku kirimkan pesan kepadanya
“Kamu gak papa?”
Lantas dia menjawab “ Iya gak
papa”
Aku yang merasakan ada keanehan
darinya tidak lantas menerima pernyataan dari dia. Tapi sekali lagi aku
tanyakan hal yang sama kepadanya.
Hingga aku mengatakan “Apa hanya
aku yang sangat mencintaimu? Hanya aku yang takut kehilanganmu? Sementara kamu
tidak?”
Lalu di menjawab apa ya aku lupa.
Seingatku dia lantas ingin berkata jujur. Kalau dia sebenarnya tidak
mencintaiku. Dia sudah mencoba tapi masih tidak bisa.
Tahu kan reaksiku?
Pastilah kecewa.
Karena aku tak sanggup untuk
menulis banyak dalam pesanku. Rasanya mulut harus berbicara. Lalu aku telepon
dia. Dan disitulah pertengkaran semakin runyam. Dengan reaksi dia yang marah
ketika di tanya satu-satu yang menurut dia itu menyudutkan dia menjadi di
posisi yang salah. Padahal aku hanya bertanya dan dia hanya tinggal
menjawabnya. Tapi dia tidak bisa menjawab… kalian tahulah, orang salah tidak
mungkin bisa menjawab apa alasan dia selama ini mengiyakan segala yang aku
tanyakan. Termasuk ketika aku tanya mengenai hatinya dan segala hal tentang
hubungan kita.
Hingga pada akhirnya terlontar
kata udahan untuk pisah. Jelas aku tak mau, tak semudah itu kamu mengatakan
pisah. Cintaku tidak sebercanda itu. Dengan alasan yang sama yang kamu
lontarkan ketika waktu KKN dulu kamu yang meninggalkanku. Kedua kalinya sudah
kamu ucapkan pisah dalam hubungan kita.
Aku yang kesal waktu itu, aku
meminta dia menemuiku malam itu juga. Kebetulan waktu itu sudah larut malam. Hampir
jam setengah 1 malam. Terserah dia mau menemuiku atau tidak aku akan
menunggunya di dekat kos dia. Tapi dia melarangku dan redahlah emosinya.
Setelah dia mengatakan aku yang
ini lah itulah. Aku lantas bertanya. Tapi sebelumnya dia meminta izin untuk
ambil wudhu supaya hatinya tenang. Oke silahkan…
Setelahnya aku tanyakan apa yang
telah ia ucapkan sebelumnya. Dari yang mau pergi, aku yang kasar dan pantas
tidak ada wanita yang mau denganku lah. Dan masih banyak lagi. Dengan enteng kamu jawab
“Aku ngomong apa emang tadi?”
nada polos seperti orang kebingungan.
“Loh, la tadi siapa yang ngomong?”
tanyaku heran.
“Aku tidak tahu, tadi aku ngerasa
aku tidur terus bangun duduk terus telephon kamu kan?” masih dengan nada orang
kebingungan.
“Loh emang iya kita teleponan. Tapi
dari tadi kamu ngomong apa ingat gak?” tanyaku tegas.
“Aku gak ingat, aku ingat aku
tidur aja” masih dengan nada yang sama.
“Kamu gak ingat kamu akan pergi?”
tanyaku.
“Loh ada-ada aja. Mana mau aku
pergi darimu” balas dia.
“Terus kamu ingat gak kamu
ngata-ngatain aku?” tanyaku lagi.
“Ya Allah aku ngatain apa? ndak
lah aku ndak ngatain kamu” balasnya.
“Terus tadi kamu bilang kamu abis
telephon mama. Terus mama bilang suruh udahan aja” tanyaku makin penasaran.
“Ya enggaklah, jam segini mama
udah tidur. Masa iya aku telephon mama” jawabnya.
“Kamu kesurupan?” tanyaku heran.
“Enggak tahu, tapi kepalaku sakit
banget ini” alasannya.
Aku yang bodohnya pada awalnya
aku percaya. Tapi setelah itu aku pikir ulang. Logika gak kayak gitu?
Keesokan harinya, lusa tepatnya,
aku keluar dengannya lalu aku tanyakan ke dia. Dia ada beberapa hal yang ingat.
Lantas bagian mana yang kesurupan? Haduhh.. penipu ulung.
Saat malam itu aku suruh ingat,
dia berdalih “Kalau disuruh ingat-ingat ya bisa, tapi ini kepalaku sakit banget”
katanya.
Halloooooooo…. Setahuku orang
kesurupan gak akan ingat apa-apa. Soalnya aku pernah. Dan aku tidak mengingat
satupun kegiatanku ketika aku kesurupan.
Kalau menurut kalian bagaimana? Aku
yang bodoh atau dia yang bodoh?
Terus, apasih menurut kalian. Ini
dia katanya bilang sayang, bilang cinta dan bilang segala macam hal manis. Tapi
dia kok mudah sekali sih ngomong pisah?
Padahal masalah juga tidak
terlalu besar bahkan tidak penting. Berawal dari pertanyaanku mengenai isi
hatinya aja bisa sampai putus. Apa iya aku salah? Tolong jelaskan. Kalau dia
iya bilang aku salah, karena cukup sekali katanya “ Kalau sudah aku bilang iya
ya iya “
Tapi tolong di garis bawahi. Ketika
kamuy pernah berkata “Orang kan gak ada yang tahu, perasaan orang kan bisa
berubah-ubah, seperti sekarang ini aku makin kesini makin gak nyaman” ingat
kata-katamu itu? Lantas sekarang? Aku salah mempertanyakan itu? Rasamu berubah
woi !
SALAH AKU TANYA? TOLONG JELASKAN
!! BAGIAN MANA SALAHNYA?!
Kalau memang sekali bilang sayang
ya sayang, lantas kenapa kamu bilang perasaan orang bisa berubah? Ah brengsek
memang kamu !
Tapi dalam permasalahan ini kita
bisa selesaikan. Aku terima semua alasanmu, aku terima kamu. Meskipun aku tahu,
kamu sedang mengambil peran sebagai penipu.
Percuma, hanya aku yang
mempertahankan. Sementara kamu? Di otakmu hanya ada pergi dan pergi. Silahkan !