Kamu, Membuang Waktuku - Bahrul.com

Saturday, 28 January 2017

Kamu, Membuang Waktuku

Masih ingat ketika awal kita berjumpa? Aku tidak merasakan apa-apa. Hanya sebatas aku yang membutuhkanmu sebagai pemateri dalam acaraku. Perlu kuceritakan ulang? Rasanya bosan tangan ini bersentuhan dengan abjad yang hampir sama.

Waktu terus berjalan, hingga kita merasakan ada sebuah kecocokan. Merasakan ada ketertarikan. Atau ini semua hanya aku yang merasakan? Sementara kamu hanya membutuhkan tempat untuk singgah dihatiku? Sekedar melepas lelah dan kecewamu atas bekas laki-lakimu.

Enam tahun memang kamu dengan bekas laki-lakimu. Aku tahu itu sulit, tapi salah ketika kamu membalas perbuatannya kepadaku. Aku tak tahu menau masalahmu dengannya. Yang aku tahu, kamu sudah berpisah dengannya.

Tak pantas rasanya, dengan tutur katamu yang mengatakan aku kasar dan hal sebagainya. Berkacalah, apa yang kamu lakukan kepadaku lebih parah.

Aku bukan Tuhan. Yang jika kamu butuhkan maka kamu baru mengingatNya. Sementara ketika tidak membutuhkanNya kamu melupakan dan meninggalkan segala kewajiban atau sunnahNya.

Hatiku tidak seperti Tuhan, yang bisa menerima sikapmu yang seperti itu. Aku hanya manusia yang memiliki batas kesabaran. Aku laki-laki, kenapa laki-laki sering adu fisik ketika harga diri terinjak-injak? Karena harga diri laki-laki itu tinggi.

Untung kamu wanita. Andai kamu laki-laki, kuhajar kau habis.

Kamu pergi, lalu kembali. Siklus yang kamu lakukan 4 kali sekali dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan. Satu kali diawal pertemuan kita dan 3 kali dalam kurun waktu 2 minggu setelah kita pacaran.
Perlu aku jelaskan lagi? Aku rasa tidak.

Dari awal, jika ingin pergi. Pergilah, aku tidak marah. Itu pilihanmu dan aku tak mungkin melarangmu. Aku siapa? Hanya tempatmu dalam kesepian.

Seperti lilin memang, ketika lampu padam. Kamu membutuhkanku, seperti aku adalah bagian yang sangat penting yang harus selalu ada disaat gelapmu. Lalu ketika lampu sontak menyala dengan tiba-tiba. Kamu pergi meninggalkanku bahkan mematikanku dalam terang. Seperti sudah usai waktuku untuk menemanimu. Tak perlu lagi bukan?



Jika ragu, jangan pernah kamu katakan iya. Iyamu akan menyakitkan aku, yang sangat mempercayaimu. Tak terfikirkan untuk kedua kalinya bahkan hingga empat kalinya kamu akan meninggalkanku. Tapi ternyata, kesempatan yang telah aku berikan untukmu sama sekali tidak kamu manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kamu pergi untuk kesekian kalinya.

Sudahkah kamu bahagia? Aku ikut senang. Aku tak perlu lagi mengingatkanmu untuk maju kedepan. Untuk berhenti memunggungi masa depanmu. Bukan aku, tapi ada laki-laki lain di depan sana yang telah menantimu. Aku hanya sebatas rambu-rambu dalam hidupmu. Yang membantumu untuk melupakan semua masa lalumu. Meskipun tidak secara menyeluruh. Pergilah, terbanglah dengan burung-burung yang lebih indah di angkasa sana. Aku diam, dan jangan kembali jika nanti sayapmu patah untuk kedua kalinya.

Kamu telah memilih, menetap lalu pergi.

Pergi, bersama dengan kebahagiaanmu. Dengan canda tawamu yang tak satupun dalam benakmu terfikirkan aku yang sedang terluka dalam gelapnya karenamu. Tak terbesit dalam hatimu rasa bersalah atau sekedar meminta aku untuk tidak membencimu dengan sumpah serapahku.

Berbeda, ketika kamu pergi meninggalkan bekas laki-lakimu. Dia bahkan menyakitimu, tapi kamu tetap memikirkan dia dalam setiap detik waktumu. Sementara denganku? Tak ada sedikitpun kesedihan yang terpancar dari mimik wajahmu. Aku menyakitimupun karena kamu yang terlebih dulu menyakitiku. Sekali lagi maaf, itu emosiku.

Aku memang tidak tahu seperti apa isi hatimu saat ini. Kukatakan tidak sedih, iya. Karena sikapmu yang riang gembira ketika telah tidak bersamaku.
Wajahmu, begitu polos. Tapi hatimu, seperti batu. Keras dan tidak bisa tersentuh dengan kata-kata manisku lagi.

Pecah hatimu, ketika mendengar semua umpatanku. Maafkan aku, benar-benar sangat membenci hadirnya dirimu saat ini. Datang untuk pergi. Pergilah… selesai tugasku.

Terucap rasa terima kasih darimu… tapi aku tahu. Hanya sebagai pemanis dari ucapan perpisahanmu dan aku. Tak apa, aku tahu semua kebohonganmu.

Pergilah…

Tuhan tidak menakdirkan kita bersama. Tuhan hanya menghadirkanku untuk membantumu melewati masa sulitmu. Tapi, setidaknya kamu tahu diri. Kamu salah, bukan menyalahkanku.
Sudahi semua ini. Drama dan tangisan palsumu. Kebohonganmu…


TUNGGU ! TUHAN AKAN MENGIRIMKAN SESUATU UNTUKMU


Comments

Hanya ada beberapa syarat buat komentar :
1. No Sara
2. No Link Aktif
3. No-mor HP atau Pin BB juga boleh
Yang point ketiga exc cowo tidak dianjurkan
EmoticonEmoticon