Pulang Kota Bukan Pulang Kampung - Bahrul.com

Sunday, 6 November 2016

Pulang Kota Bukan Pulang Kampung

Anak kos, gak ada abisnya kalau mau bahas anak kos. Mulai dari awal menjadi anak kos hingga mengakhiri karir sebagai anak kos. Well, menjadi anak kos itu enak-enak gampang. Relatif enaknya dan relatif gampangnya. Tapi aku yakin, jadi anak kos banyak kangennya, terutama buat kalian-kalian pendekar kos yang memiliki kampung halaman nan jah dimato. Papua misalnya, kebayang kan betapa jauhnya? Misal kos di Jakarta, nah ukur aja tuh jarak Papua-Jakarta berapa centimeter di peta. Terus kalikan dengan perbandingan petanya. Misal 1cm mewakili berapa km. Kalau gakmau susah, buat kalian yang otaknya males dipakek mending pakek googlemap. Udah ketemu tuh jarak, keliling dan jari-jarinya berapa. Terus dicari deh volumenya. Masih malas ngitung? Gadaikan aja dipegadaian mayan otaknya laku kalau di Jepang.


Well, aku termasuk anak kos yang tidak merasakan apa itu rindu terlalu akut. Apa itu homesick kronis. Atau ruang rindu? Sungguh itu hanya judul lagu band Letto. Jarak Malang dengan kota tempatku tinggal kurang lebih setelah aku ukur-ukur di peta hanya 200-300 an km. bukan jarak yang begitu jauh, selama ini kalau pulang kampung hanya 3-4 jam saja sih yang aku perlukan waktunya. Eh tapi rumahku gak kampung-kampung banget, masih deket kota. Jadi namanya aku ganti pulang kota, bukan pulang kampung.

Tapi meskipun demikian, aku pernah merasakan awal menjadi anak kos itu rindu yang sangat teramat berat, kira-kira 5kg beratnya. Karena aku memang tidak terbiasa jauh dari kedua orang tuaku. So wajar, first time menjadi anak kos masih ingat dengan kehidupan yang lalu. Sama halnya dengan first kiss. Emmmhhh, anuu

Dulu sewaktu masih maba, sering banget yang namanya pulang kota. Kota ya, bukan kampung. Jadi kalau kuliah kan dari senin-jumat. Misal kamis ada tanggal merah, terus jumat kebetulan dosen nyunat anaknya. Itu merupakan kebahagiaan yang luar biasa, bahkan hal yang ditunggu-tunggu selain menunggu kedatangan jodoh yang entah dimana berada. Bener gak? Ada yang sama pernah ngerasain hal seperti itu? Kalau sudah seperti itu, otomatis langsung pulang kota deh. Lumayan kan, rabu sore setelah kuliah pulang. Kamis, jumat, sabtu dan minggu sore balik lagi ke kota perantauan. But tidak untuk hari jumat yang masih ada kuliah. Caranya? Lobby dah tuh dosen untuk meliburkan hari jumat, atau mengganti jam diluar hari jumat. Sabtu misalnya. *samaajawoi.

Tapi hal tersebut tidak berlaku kegembiraannya bagi mereka yang rumahnya nan jauh dimato. Mereka hanya bisa iri, kenapa mereka tidak bisa pulang dengan begitu gampang seperti aku. Selain karena jarak, mungkin juga karena biaya yang dibutuhkan untuk pulang. Bisa-bisa uang untuk pulang adalah uang jajan selama 1-2 bulan. Mending stay dikota perantauan. Setidaknya pulang nanti kalau sudah benar-benar libur panjang. Tapi aku salut sama mereka-mereka yang seperti itu. Kuat banget menahan rindu, kangen, dan ruang rindu.

“Kamu gak pulang sekalian?” Tanyaku pada sosok wanita astral yang iri melihatku pulang kekota halaman.
“Kagak” datar banget jawabnya.
“Kenapa Emang?” Tanyaku penasaran.
“Rumahku jauh” jawab dia
“Dimana emang?” Tanya lagi ku yang makin penasaran. Sejauh apa sih.
“BEKASEEEHHHHHHHHHHH” Jawab dia dengan nada seperti suporter sorai-sorai.
“Bekasih NJIRRRRR, pantesan.” aku ngakak. Karena Bekasi nan jauh dimato, luar planet BUMI.

Gak bisa bayangin aja gak ketemu orang tua, sodara, kakek, nenek, buyut, pacar bagi yang punya, selingkuhan bagi yang punya, atau ketemu mantan bagi yang punya juga. Aku aja yang pertama maba jadi anak kos sedih banget, malah sempet nangis sih, untung nangis barengan sama ujan jadi gak kelihatan. Tapi jangan bilang siapa-siapa kalian yang sudah baca ini. Ini rahasia kita.

Makin kesini, makin menjadi mahasiswa basi mahasiswa tingkat akhir. Pulang merupakan hal yang membosankan bahkan kalau bisa aku sih gak usah pulang juga gak masalah. Karena dirumah juga mau ngapain, kerjaan hanya tidur, makan, buang taik, makan lagi dan begitu seterusnya sirkulasinya.
Lebih baik dikota perantauan. Setidaknya ada banyak sekali sarana prasarana misal mau mengerjakan skripsi ya tinggal ke perpustakaan kampus, cari bukunya terus kecengin cewe diperpus, cewenya kabur, aku kabur, ternyata kampusnya mau tutup udah malam.

Gak sih, Cuma lebih enak aja gak pulang. Pulang-pulang nanti udah wisudah aja, sampe orang tua juga gatau anaknya sudah wisudah. Sampe dirumah gagal paham. Ini kuliah apa beli ijasah doang?
Baiknya itu memang jarang pulang, karena aku sendiri pulang adalah hal yang sangat tidak dianjurkan oleh orang tuaku. Meskipun jaran, eh jarak yang gak begitu jauh. Tapi orang tua selalu khawatir denganku yang pulang ke kota berkendara dengan motor. Takut terjadi apa-apa selama diperjalanan. Ada benernya juga sih, pulang pas udah libur panjang biar gak balik bolak ngukurin jalanan.


Oke gitu aja kali ya, aku minta doa dari kalian semua yang sudah rela baca tulisan ini. Doain skripsiku lancar. Paling gak awal semester 8 sudah sidang. Alhamduillah sekarang sudah penelitian. Doain aja yang terbaik buat skripsiku hehehe. Semoga doa baik kembali ke kalian semua. Amiin…

5 comments

  1. Bener banget, ngekos itu bikin kangen. gue udah melewatinya pas kuliah, tapi sekarang merantau lagi. Gue kangen....

    ReplyDelete
  2. Gw kangen ortu kalo duitnya abis doang, hahaha

    ReplyDelete
  3. sibhangkay... siklus macam apa itu?? "tidur, makan, buang taik, makan lagi dan begitu seterusnya "

    sama, aku juga nggak pernah ngerasain yang namanya homsick kronis, takut dibilang lemah sama teman-teman. pen-cit-traan.

    semangat ya penelitiannya, semoga segala sesuatunya bisa berjalan sesuai sama apa yang diharapkan.

    jangan keseringan pulang kota, nanti skripsinya nggak kelar-kelar. sama nggak bisa liat ciwi-ciwi di perpus. kan rugi. mana kuliah tinggal bentar lagi kan? jadi manfaatkanlah. huahahahaha

    ReplyDelete
  4. Gue maba dan gue jarang pulang kampung. Ya iyalah, baru juga semester satu. Tapi ada temen gue, tiap ada libur semisal 3 hari, dia langsung pulang kampung. Padahal jaraknya cukup jauh. Jakarta - Padang. Mungkin bapaknya punya tambang rendang di Padang sana, makanya bisa biayain anaknya pulang kampung meski cuma libur 3 hari.

    Semoga skripsinya lancar ya, Rul! Selesaikan apa yang harus kamu selesaikan, nak. Semangat!

    ReplyDelete
  5. Kalo 3-4 jam sih masih mending ya. Nggak harus nabung2 banget kayak kalo dari Jakarta ke Papua. Dari Jakarta ke Papua juga kalo naik pesawat musti transit dua kali, kalo nggak hoki bisa 3 kali. :( Yaampun ini kok gue malah ngomongin penerbangan, padahal gue nggak ada cita2 jadi pilot loh.

    ReplyDelete

Hanya ada beberapa syarat buat komentar :
1. No Sara
2. No Link Aktif
3. No-mor HP atau Pin BB juga boleh
Yang point ketiga exc cowo tidak dianjurkan
EmoticonEmoticon