Anak kos, gak
ada abisnya kalau mau bahas anak kos. Mulai dari awal menjadi anak kos hingga
mengakhiri karir sebagai anak kos. Well, menjadi anak kos itu enak-enak
gampang. Relatif enaknya dan relatif gampangnya. Tapi aku yakin, jadi anak kos
banyak kangennya, terutama buat kalian-kalian pendekar kos yang memiliki
kampung halaman nan jah dimato. Papua misalnya, kebayang kan betapa jauhnya? Misal
kos di Jakarta, nah ukur aja tuh jarak Papua-Jakarta berapa centimeter di peta. Terus kalikan dengan
perbandingan petanya. Misal 1cm mewakili berapa km. Kalau gakmau susah, buat
kalian yang otaknya males dipakek mending pakek googlemap. Udah ketemu tuh
jarak, keliling dan jari-jarinya berapa. Terus dicari deh volumenya. Masih malas
ngitung? Gadaikan aja dipegadaian mayan otaknya laku kalau di Jepang.
Well, aku
termasuk anak kos yang tidak merasakan apa itu rindu terlalu akut. Apa itu
homesick kronis. Atau ruang rindu? Sungguh itu hanya judul lagu band Letto.
Jarak Malang dengan kota tempatku tinggal kurang lebih setelah aku ukur-ukur di
peta hanya 200-300 an km. bukan jarak yang begitu jauh, selama ini kalau pulang
kampung hanya 3-4 jam saja sih yang aku perlukan waktunya. Eh tapi rumahku gak
kampung-kampung banget, masih deket kota. Jadi namanya aku ganti pulang kota,
bukan pulang kampung.
Tapi meskipun
demikian, aku pernah merasakan awal menjadi anak kos itu rindu yang sangat
teramat berat, kira-kira 5kg beratnya. Karena aku memang tidak terbiasa jauh
dari kedua orang tuaku. So wajar, first time menjadi anak kos masih ingat
dengan kehidupan yang lalu. Sama halnya dengan first kiss. Emmmhhh, anuu
Dulu sewaktu
masih maba, sering banget yang namanya pulang kota. Kota ya, bukan kampung. Jadi
kalau kuliah kan dari senin-jumat. Misal kamis ada tanggal merah, terus jumat
kebetulan dosen nyunat anaknya. Itu merupakan kebahagiaan yang luar biasa,
bahkan hal yang ditunggu-tunggu selain menunggu kedatangan jodoh yang entah
dimana berada. Bener gak? Ada yang sama pernah ngerasain hal seperti itu? Kalau
sudah seperti itu, otomatis langsung pulang kota deh. Lumayan kan, rabu sore
setelah kuliah pulang. Kamis, jumat, sabtu dan minggu sore balik lagi ke kota
perantauan. But tidak untuk hari jumat yang masih ada kuliah. Caranya? Lobby dah
tuh dosen untuk meliburkan hari jumat, atau mengganti jam diluar hari jumat. Sabtu
misalnya. *samaajawoi.
Tapi hal tersebut
tidak berlaku kegembiraannya bagi mereka yang rumahnya nan jauh dimato. Mereka
hanya bisa iri, kenapa mereka tidak bisa pulang dengan begitu gampang seperti
aku. Selain karena jarak, mungkin juga karena biaya yang dibutuhkan untuk
pulang. Bisa-bisa uang untuk pulang adalah uang jajan selama 1-2 bulan. Mending
stay dikota perantauan. Setidaknya pulang nanti kalau sudah benar-benar libur
panjang. Tapi aku salut sama mereka-mereka yang seperti itu. Kuat banget
menahan rindu, kangen, dan ruang rindu.
“Kamu gak
pulang sekalian?” Tanyaku pada sosok wanita astral yang iri melihatku pulang
kekota halaman.
“Kagak” datar
banget jawabnya.
“Kenapa Emang?”
Tanyaku penasaran.
“Rumahku jauh”
jawab dia
“Dimana emang?”
Tanya lagi ku yang makin penasaran. Sejauh apa sih.
“BEKASEEEHHHHHHHHHHH”
Jawab dia dengan nada seperti suporter sorai-sorai.
“Bekasih
NJIRRRRR, pantesan.” aku ngakak. Karena Bekasi nan jauh dimato, luar planet
BUMI.
Gak bisa
bayangin aja gak ketemu orang tua, sodara, kakek, nenek, buyut, pacar bagi yang
punya, selingkuhan bagi yang punya, atau ketemu mantan bagi yang punya juga. Aku
aja yang pertama maba jadi anak kos sedih banget, malah sempet nangis sih,
untung nangis barengan sama ujan jadi gak kelihatan. Tapi jangan bilang siapa-siapa
kalian yang sudah baca ini. Ini rahasia kita.
Makin kesini,
makin menjadi mahasiswa basi mahasiswa tingkat akhir. Pulang merupakan hal yang
membosankan bahkan kalau bisa aku sih gak usah pulang juga gak masalah. Karena dirumah
juga mau ngapain, kerjaan hanya tidur, makan, buang taik, makan lagi dan begitu
seterusnya sirkulasinya.
Lebih baik
dikota perantauan. Setidaknya ada banyak sekali sarana prasarana misal mau
mengerjakan skripsi ya tinggal ke perpustakaan kampus, cari bukunya terus
kecengin cewe diperpus, cewenya kabur, aku kabur, ternyata kampusnya mau tutup
udah malam.
Gak sih, Cuma lebih
enak aja gak pulang. Pulang-pulang nanti udah wisudah aja, sampe orang tua juga
gatau anaknya sudah wisudah. Sampe dirumah gagal paham. Ini kuliah apa beli
ijasah doang?
Baiknya itu
memang jarang pulang, karena aku sendiri pulang adalah hal yang sangat tidak
dianjurkan oleh orang tuaku. Meskipun jaran, eh jarak yang gak begitu jauh. Tapi
orang tua selalu khawatir denganku yang pulang ke kota berkendara dengan motor.
Takut terjadi apa-apa selama diperjalanan. Ada benernya juga sih, pulang pas
udah libur panjang biar gak balik bolak ngukurin jalanan.
Oke gitu aja
kali ya, aku minta doa dari kalian semua yang sudah rela baca tulisan ini. Doain
skripsiku lancar. Paling gak awal semester 8 sudah sidang. Alhamduillah sekarang
sudah penelitian. Doain aja yang terbaik buat skripsiku hehehe. Semoga doa baik
kembali ke kalian semua. Amiin…
Bener banget, ngekos itu bikin kangen. gue udah melewatinya pas kuliah, tapi sekarang merantau lagi. Gue kangen....
ReplyDeleteGw kangen ortu kalo duitnya abis doang, hahaha
ReplyDeletesibhangkay... siklus macam apa itu?? "tidur, makan, buang taik, makan lagi dan begitu seterusnya "
ReplyDeletesama, aku juga nggak pernah ngerasain yang namanya homsick kronis, takut dibilang lemah sama teman-teman. pen-cit-traan.
semangat ya penelitiannya, semoga segala sesuatunya bisa berjalan sesuai sama apa yang diharapkan.
jangan keseringan pulang kota, nanti skripsinya nggak kelar-kelar. sama nggak bisa liat ciwi-ciwi di perpus. kan rugi. mana kuliah tinggal bentar lagi kan? jadi manfaatkanlah. huahahahaha
Gue maba dan gue jarang pulang kampung. Ya iyalah, baru juga semester satu. Tapi ada temen gue, tiap ada libur semisal 3 hari, dia langsung pulang kampung. Padahal jaraknya cukup jauh. Jakarta - Padang. Mungkin bapaknya punya tambang rendang di Padang sana, makanya bisa biayain anaknya pulang kampung meski cuma libur 3 hari.
ReplyDeleteSemoga skripsinya lancar ya, Rul! Selesaikan apa yang harus kamu selesaikan, nak. Semangat!
Kalo 3-4 jam sih masih mending ya. Nggak harus nabung2 banget kayak kalo dari Jakarta ke Papua. Dari Jakarta ke Papua juga kalo naik pesawat musti transit dua kali, kalo nggak hoki bisa 3 kali. :( Yaampun ini kok gue malah ngomongin penerbangan, padahal gue nggak ada cita2 jadi pilot loh.
ReplyDelete