Balada
semester tua, dimana kalian berkutat dengan dosen, dosen, dosen lalu ayahmu. Ah
apa ini. Tapi memang loh, sekarang ini kerjaanku dikampus kalau gak nemuin
dosen, ngurus administrasi, dan pinjem buku di perpus atau bahkan sekedar
nampang di perpus biar dikiranya anak pinter. Padahal mah kagak, ini adalah
tuntutan seorang mahasiswa tingkat akhir.
Jadi pernah
suatu ketika aku lagi duduk di salah satu sudut perpustakaan, tempat dimana
banyak mahasiswa yang melakukan kegiatan ketik mengketik buku, sekedar numpang
wifi atau nampang kayak aku.
“Masnya senior ya ?” Cletus cewe didepanku. Dan kayaknya sih maba.
“Iya, kenapa ya ?” tanyaku penuh dengan keheranan. Dalam benakku terfikir ini anak kenapa coba tanya aku senior apa kagak. Apa iya mukaku udah keliatan kayak om-om nakal ?.
“Oh gakpapa, ini kursinya boleh digeser kesini gak ?” sambil nunjuk tempat temen-temen dia yang lagi ngumpul dan dia bermaksud mau mindahin kursi yang didepanku untuk dia pakai dengan teman-temannya.
“Iya boleh” jawabku flat ~
Ada lagi
nih waktu aku mau minjem buku. Kan harus order dulu lewat komputer yang sudah
disediakan. Nah disana aku masukin NIM dan barcode buku yang akan aku pinjam. Dan
kebtulan ada segerombolan mahasiswi. Dan dia tanya
“ Masnya senior bukan ?” Tanya dia dengan senyum mengembang.
“ Iya kenapa ?” jawabku agak bosan mendengar embel-embel senior.
“ Bisa minta tolong gak ini ordernya gimana caranya ?” semakin mengembang lalu mengempis senyumnya.
Lalu aku membantunya order buku yang dia mau pesan.
“ Makasih mas ya” lagi-lagi senyumnya mengembang tapi gak mengempis.
“ Yookkk” balasku dan kemudian pergi.
Kalau
bicara mengenai dosen, dulu jaman masih muda waktu masih ada title MABA. Dosen mah
malah kagak dicariin, dosen gak dateng malah seneng. Jadi gak ada mata kuliah,
dan bebas dah mau pulang, ke kantin, pacaran atau ke pasar juga terserah.
Bedanya sekarang
saat kondisiku sudah mulai menua, kehadiran dosen begitu sangat berarti. Clingak
clinguk kedalam ruang dosen, ternyata dia enggak ada. Besoknya lagi dicari, eh
si doi juga tetep gak ada. Taunya dia lagi pergi haji. Muncullah Judul " Dosen Naik Haji" Ngghhh
Sekalinya
ada, buat ketemu dosen juga antri. Udah kayak antri mau konsultasi sama dokter.
“Mas mau ketemu bapak Yoto?” tanya mas-mas sebelahku.
“Iya mas, kenapa ya?” tanyaku heran.
“Antri mas” jawab tuh orang ketus.
Aku Cuma
nelen ludah ~
Pokoknya
sekarang kalau mau ketemu dosen tunggu dia sejak jam 7 biar kagak antri. Tapi menurutku
sih sama aja. Dateng jam 7, nah dosennya datang jam 9. Sama aja kek antri,
mending juga antri, kan ketahuan tuh dosennya udah ada ditempat. Nah kalau
nunggu sih kan gatau dia datang apa kagak. Udah kelamaan nunggu eh gak ada,
orangnya lagi nyunat anaknya. Ya sama kek hubungan ini, lama jalan tapi gak
jadi-jadian. Wahahha
Perpustakaan
dikampusku udah kayak pasar tumpah. Tau pasar tumpah gak ? dimana kalian bisa
nemuin orang jualan tercecer dimana-mana. Lahan parkir pun dijadiin tempat
jualan. Nah kayak gitu tuh, kalau pertama kali mau masuk kedalam perpus yang
tersaji adalah mahasiswa yang duduk didepan emperan perpus yang tercecer. Padahal
sudah disediakan tempat didalam perpustakaan yang lebih nyaman untuk duduk. Eh ini
malah ngemper ganggu pemandangan.
Asumsiku
sih, kalau didalam perpustakaan mereka gak bisa bawa makanan, gak bisa bawa
tas, gak bisa ngobrol dengan suara keras, dan gak boleh masuk kalau gak ada
KTM.
Itu baru
asumsi praduga tak bersalahku.
Ya coba
aja kalau boleh bawa makanan kedalam perpus, pasti rak buku tuh setiap sudutnya
ada sumpelan bungkus makanan. Ada sedotan diantara himpitan buku-buku. Ada bekas
saos, kecap, iler dan masih banyak lainnya yang akan tertinggal dibuku yang ada
diperpustakaan.
Tapi gak
jarang sih, meskipun ada tulisan harapan tenang, masih aja ada orang yang kalau
ngobrol kenceng banget. Mana suaranya fals kalau ngomong, ditambah lagi
ngomongnya cepet banget.
“Mbak bisa diem gak ?”. Pintaku pada
mbak-mbak yang sedang asik curhat dengan temannya.
Hening ~
dan kemudian tuh orang pergi.
Please
deh, ini perpustakaan. Kalau mau cerita masalah cowo, kerjaan, atau skripsi
yang tak kunjung selesai. Mending diluar, atau dikamar. Siapa tahu khilaf. Ngggggghhh
Minggu
kemarin kebetulan aku ada ujian. Ujiannya Cuma presentasi mengenai apa saja
yang telah aku lakukan selama melakukan magang. Dan kebetulan dosennya cewe,
namanya Ibu Poppy.
Sebelum
hari H, aku dan temanku sudah menemui beliau untuk membicarakan bahwa besok
ujiannya dan saat itu pula aku meminta izin kalau surat tugasnya baru diurus
karena kebetulan kemarin selesai konsultasinya hari Jumat. Kan ujian selasa,
jadi bikinnya senin.
![]() |
Bu Poppy, maaf saya ambil di IG haha |
Selasa
pagi baru jadi ~
Kebetulan
ujianku jam 10 pagi, dan jam 9 aku udah stay dikampus. Ternyata dosennya masih
ada urusan, karenanya aku suruh temenku buat chat ke beliau untuk sekedar
mengingatkan kalau jam 10 kita ujian.
“Bu saya sudah di kampus, nanti ada ujian saya dan Bahrul. Terima kasih”. Temenku kurang lebih chatnya gitu kemarin ke dosen.
“Iya mas, ini saya otw G2 (gedung kuliahku)”.Dan selang beberapa menit aku melihat beliau datang.
.
“ Permisi Bu” kata yang terlontar dengan penuh kecemasan.
“ Iya mas, ada apa” tanyanya penuh dengan keheranan.
“Ini kita jadi ujian apa tidak Bu ?” tanyaku pada beliau.
“ Loh mana saya tidak mendapatkan undangannya kalau mau ujian. Harusnya ada udangan”. Aku Cuma bisa heran dan tak mengerti apa yang salah denganku.
“ Loh, pakai undangan juga Bu?” tanyaku dengan heran.
“ Iya kalau tidak ada undangan saya tidak mau”. Balasnya agak ketus.
“ %^&%&%*(&()&*(&*(&*(%^&$%^$^%” asli aku gak paham. Kebetulan ada orang administrasi jurusan jadi aku tanya dia.
“ Mbak, emang harus pakek undangan ya kalau ujian magang ?” tanyaku pada mbak-mbak TU.
“Kalau surat undangan gak ada Bu untuk ujian magang. Adanya Cuma surat tugas sebagai penguji aja” jelas mbak-mbak penolong bhak bidadari turun dari kayangan. Kebetulan ruang dosennya sebelahan dengan ruang TU.
“ Oh gitu, Yasudah mana surat tugasnya?” dosenpun meminta surat tugasku dan temanku. Bukan, temanku gak diminta kok hanya suratnya.
“ Ini Bu” sambil menunjukan surat yang baru aku dapatkan 10 menit yang lalu.
“ Apa ini, kok gak ada stempelnya. Saya tidak mau kalau tidak ada stempelnya. Saya tau kalina baru saja ambil disitu (sambil nunjuk tempat berkas-berkas)”“$%^$%^$#$%@$%#^%%&^*&&(**)(*()_(_)**^%^&%” AKU BINGUNG. Aku hanya menjelaskan kronologi dari awal hari jumat sampai senin yang intinya beliau saat itu menyatakan tidak apa-apa. Dan sekarang menjadi apa-apa. Eh malah aku dikira mojokkan beliau.
“ Jangan kamu kembalikan ke saya. Dosen selalu benar, wanita selalu benar. Youre wrong im right” sambil nunjuk-nunjuk kearahku dan temanku.
“Iya Bu maaf, ini saya stempel dulu” jawabku penuh sesal.
Dan pada
akhirnya setelah selesai minta stempel, beliau mau menguji kita. TAMAT lah
sudah perangku.
Anyway
jangan pernah membantah apa yang dikatakan dosen. Karena moral value yang dapat
aku ambil dari kejadian diatas yang dikemukakan oleh Ibu Poppy (2016) bahwa
dosen selalu benar, wanita selalu benar, youre (mahasiswa) wrong, dan I’m
(dosen) right. Jika dosen salah, maka ingat. Bahwa dosen selalu benar.
Bodo amat,
yang penting sudah selesai ujianku. Sekarang tinggal fokus ke perancangan mesin
dan satu lagi yaitu skripsi. Doain yak biar gak terkendala suatu apapun.
Udah
gitu aja dulu curhatnya, biar gak sepi nih blog hahaha.