Berdering handphoneku, aku segera
melihatnya. Aku berharap itu dia, karena aku sudah resah menunggu kabarnya. Tapi
yang ada hanya pesan dari provider sim cardku. Walaupun itu hanya satu hari,
tapi aku cukup resah dengan apa yang ingin dia katakan.
“Din, Kamu lagi ngapain?”
sesingkat itu sms darinya. Tanpa ada rasa bersalah karena telah menghilang
sesaat setelah dia meminta izin padaku untuk mengatakan suatu hal.
“Iya kenapa?” balasku dengan
singkat dan terkesan aku marah. Memang aku marah, karena dia pergi menghilang
dengan meninggalkan berjuta tanda tanya dan rasa penasaran.
“Kamu marah ya sama aku?” Hah,
dia malah balik bertanya seperti itu. Apa dia bodoh? Apa dia tidak tahu seperti
apa perasaanku? Rasanya seperti dipermainkan dengan kebodohan dia.
“GAK, SAMA SEKALI ENGGAK!”
balasku dengan singkat dan huruf membesar disertai tanda seru. Kalau dia masih
bertanya apa aku marah, aku tidak akan pernah membalas pesan dia lagi.
“Iya maaf, aku kemarin menghilang
tanpa ada kabar selama seharian” itu yang aku baca. Mungkin dia tidak tolol,
tapi kurang peka.
“Iya gak papa kok” balasku lagi
“Sebenarnya aku mau ngomong sama
km, tapi aku takut setelah aku jujur nanti kamu akan pergi dariku” balasan dari
dia membuat jantung ini kembali berdeguk kencang. Bedanya kalau kemarin berdeguk
kencang karena wajah tampannya. Sekarang karena pernyataan dia yang membuat
jantungku berdeguk tidak terkendali.
Dari dalam hati, aku bergumam “
IYA APAAN ! NGOMONG AJA LANGSUNG GAK USAH BERBELIT BELIT!” tapi aku tak sejahat
dan sekasar itu untuk mengatakannya.
“Iya apaan?” Balasku singkat
“Tapi beneran ya jangan marah
apalagi menjauh dariku” Pintanya lagi sembari berusaha meyakinkan kalau aku
tidak akan marah dengan apa yang akan dia katakan
“Iya enggak marah”
Lama sekali aku menunggu balasan
darinya, mungkin dia berbicara panjang lebar atau mungkin dia berulang kali
menghapus dan mengetik kata yang tepat untuk dikirimkan. 5 menit berlalu,
handphoneku kembali berbunyi. Itu pesan dari dia, aku segera membuka dan
membacanya.
“Sebenernya aku punya pacar, dan
aku sudah selama 4 tahun dengan dia. Tapi selama 3 bulan ini tiba-tiba ada
konflik yang berkepanjangan. Jadi kita saling menjauh. Sebelum kita melangkah
lebih jauh, sebelum kamu terlalu memendam rasa padaku lebih dalam. Aku ingin
mengatakan hal tersebut. Maaf aku melibatkan kamu dalam masalah ini. Tapi aku
nyaman saat kamu bersamaku. Aku minta maaf Dina”
Aku tidak sampai habis membaca
pesan itu, hanya sampai pada tanda koma yang pertama lalu aku membalasnya.
“Hah ? kamu punya pacar? Kenapa
gak mengatakannya dari awal?” aku membalas dengan penuh rasa marah dan kecewa. Tidak
habis pikir, ternyata dia tak sebaik parasnya.
“Kalau aku jujur dari awal, aku
mungkin tidak akan bisa mengenalmu. Apalagi sampai kita berdua saling mempunyai
rasa yang sama. Maafkan aku Din”. Balasnya lagi dengan emoticon sedih. Tapi hal
itu tidak bisa membuatku langsung memaafkannya.
“Iya tahu, tapi apa salahku
sampai kamu perlakukan aku seperti ini?” balasku ngotot
“Iya maaf aku yang salah Din, aku
tahu itu. Kamu boleh benci denganku, tidak mau mengenalku lagi pun itu hak km.”
Balas dia
Aku hanya membaca pesannya dan
aku hanya tidak menyangka kalau dia bisa sejahat itu. “Apa sih salahku sampai
aku selalu ada dalam situasi seperti ini (lagi)”. Gumamku dalam hati.
terlalu sadis caramu, menjadikan diriku, pelampiasan cintamu agar kau kembali padanya tanpa peduli sakitnya aku,,,
ReplyDelete#eh gak pas ya lagunya? :D tapi, beneran itu sadis lakinya, huft, orang gak jujur harusnya gak mujur. aamiin
Kata maaf yang selalu menyelimuti :)
ReplyDeleteAhelah. Ya uda santet aja tuh orang. Hih! -_-
ReplyDelete