Rama, duduk dipojokkan pohon
yang ada disudut sekolah tempat dia menimba ilmu. Dibawah pohon yang sangat
rindang, membawanya kembali kecerita masa lalunya. Dengan Rahel, wanita yang
sangat dia sayang. Itu dulu saat mereka berdua masih menjalin cinta. Cinta yang
cukup indah bagi Rama. Karena dengannya dia merasakan sebuah kebahagiaan yang
sangat luar biasa indah. walaupun awal perjuangannya memang sangat pahit,
maklumlah semua harus berawalan dengan kepahitan jika ingin mendapatkan buah
yang manis untuk nantinya.
Dengan Rahel, dia menjalin
hubungan hampir satu tahun, dimulai dari awal tahun yang indah mengenal Rahel. Dan
pada bulan itu juga mereka mengikrarkan sebuah janji untuk menjadi bagian dari
masing-masing dari mereka, saat suka dan duka. Saat itu pantai ditepian kota
yang indah, dengan pemandangan hamparan laut yang luas yang ada didepan mata
mereka dengan goresan awan yang berwarna biru keputihan. Suara ombak yang cukup
tenang, yang saling menderu dengan batu karang yang ada ditepian pantai.
“Aku sayang sama kamu, aku mau
....” semua kata itu terhenti, detak jantungnya berirama tak karuan. Penuh dengan
kekhawatiran. Iya takut dia tidak mau menerimanya. Karena dia sadar diri,
dirinya bukanlah siapa siapa.
“Mau apa Ram?” Tanya Rahel
dengan wajah yang terperangah, yang sebenernya dia sudah mengetahui apa yang
ada dalam pikiran Rama.
“Aku mau kamu jadi pacar aku”. Jawab
Rama secara spontan dan seketika suasana pantai menjadi hening. Suara ombak
yang tenang serasa tidak ada dalam pendengarannya. Semua hening.
“Gimana ya, aku tanya mamaku
dulu ya” Rahel menjawab pertanyaan Rama dengan sebuah jawaban yang semakin
meyakinkan bahwa Rama tidak mungkin bisa bersama Rahel.
“Kenapa harus seperti itu?”. Sontak
suasana menjadi hening untuk beberapa menit, iya Rahel sedang memikirkan apa
yang harus dia katakan kepada Rama. Tidak ingin semua ini terkesan
terburu-buru.
“Yaudah deh, kita jalanin aja
Rama” setarik senyuman tipis muncul di bibir Rahel untuk Rama.
“Kamu serius Hel?” dengan muka
sumringah Rama masih saja menanyakan apa yang baru saja terjadi didepannya.
“Iya RamaJ”
Iya sejak saat itu mereka
menjalin cinta, cinta yang awalnya tidak pernah mereka bayangkan akan bisa
tercipta antara mereka. Mereka yang semula tidak mengenal, hingga mereka bisa
saling mengenal. Bahkan sekarang menjalin Cinta.
Selama setahun kurang mereka
menjalin hubungan. Ya semua harus berakhir. Kenapa harus berakhir? Tanyakan pada
Rahel. Apa sebabnya dia meninggalkan Rama disini sendiri.
Hal yang menghinggapi Rama saat
dirinya duduk dibawah pohon ditaman sekolah. Lamunannya tersadarkan karena ada
sosok yang menyapa dia
“Loh Rama, kamu ngapain disini?”
Sosok ibu-ibu yang sudah tidak asing lagi baginya. Ya karena ibu itu adalah ibu
Rahel. Orang yang sering dia pamitin saat akan jalan keluar dengan Rahel.
“Kok ibuk disini?” Tanya Rama
dengan muka yang agak kaget karena tidak menyadari kalau gerak geriknya sudah
lama diperhatikan oleh ibu Rahel.
“iya, ini mau daftarin adeknya
Rahel masuk SMA 8”. Dengan senyumannya yang ramah mencoba menjawab pertanyaan
Rama sambil membenarkan berkas-berkas untuk adeknya Rahel bisa daftar di SMA 8.
Rama hanya diam, dia malu.
“Kamu masih sama Rahel kan? Gimana
hubungan kalian?” pertanyaan yang membuat Rama yang sedari awal sudah merasakan
rasa takut dan malu.
“Saya udah enggak sama Rahel
lagi buk” dengan muka yang tertunduk dia mencoba menjawab pertanyaan Ibuk
Rahel.
“Kok bisa?”
Mereka akhirnya saling
bercerita, Rama yang memang masih menyimpan perasaan itu. Dia tidak sanggup
menahan air matanya saat dia bercerita tentang apa saja yang sedang terjadi. Iya
mereka sudah sangat kenal baik. Mungkin ibu Rahel sudah sangat menyukai Rama. Iya
merestui hubungan Rama dan Rahel.
“Rahel sekarang ada di
Jogjakarta, Ibuk gak tahu kapan dia pulang”
Rama hanya memasang muka lusuh
dengan mencoba menseka butiran air yang ada dipipinya. Dia merindukan Rahel,
mantan kekasihnya yang pergi tanpa ada alasan. Yang memutuskan dirinya tanpa
tahu alasannya.
Rama yang memang masih sering
menyambangi sekolahannya dulu waktu SMA. Dia senang sekali duduk dibawah pohon
yang bisa mengingatkan dirinya dengan Rahel. Denga duduk dibawahnya, serasa jiwanya
melayang bersama Rahel disisinya.
Rama berkerja disalah satu cafe
yang ada di Surabaya, dia sebagai kasir sekaligus yang mempersiapkan minuman
atau makanan yang dipesan para pelanggan. Dia kerja pada jam 10 pagi-7 malam.
Seperti biasa, dia langsung
pulang kerumahnya setelah usai bekerja yang sangat menguras tenanganya. Hanya dengan
memejamkan matanya dia baru bisa merasakan apa itu istirahat. Malam itu sosok
wanita berpapasan dengan dia. Dia tidak menyadari itu siapa, tapi sepertinya
dia mengenali wanita itu, wanita yang masuk ke cafe tempat dia bekerja di pukul
8 malam.
Dia tidak terlalu memikirkan
siapa orang itu, dia hanya memikirkan kalau dirinya membutuhkan istirahat yang
cukup. Untuk bisa bekerja lagi dikeesokkan harinya.
Seperti biasa, waktu sudah
menunjukkan pukul 7 malam. Wanita yang berpapasan dengannya pun kemarin datang.
Tepat saat Rama sedang ingin berganti shift dengan temannya. Wanita itu duduk balkon
dipojokkan cafe yang ada didekat jendela. Dengan pemandangan kota surabaya yang
cukup ramai dengan kendaraan yang lalu lalang. Penuh dengan cahaya mobil yang
saling memancarkan sinarnya.
“Mau pesan apa mbak?” Rama
mencoba bertanya pada pelanggan wanita tersebut.
“Milk coffe 1 sama Ice cream
with cocholate” memalingkan wajahnya kehadapan Rama dengan senyuman yang sangat
Rama kenal.
“Rahell ....” dengan muka yang
sangat kaget melihat apa yang sekarang ada dihadapannya.
“Iya Rama, ada apa?” Wanita itu
memanggil namanya, dia masih ingat namanya. Dia masih ingat dengannya. Wanita yang
pergi meninggalkannya dengan tanpa alasan.
“Kapan kamu balik dari jogja”
Tak sadar matanya pun berkaca-kaca. Dia sangat merindukkan Rahel, wanita yang
sangat dia sayang.
“Udah 3 hari aku di Surabaya,
dan aku udah denger semua dari mama. Makanya aku bisa kesini sekarang”
Rama yang awalnya hanya akan
menanyakan apa yang akan wanita itu pesan, kini mereka berdua duduk
berdampingan. Mencoba menyelesaikan apa yang terjadi selama ini.
Tangis, haru, dan rasa kesal. Itu
semua nyatu, hanya dengan pelukkan dengan tangisan yang seirama dengan perasaan
mereka berdualah yang menemani keheningan cafe saat itu. Hanya mereka berdua
yang ada dibagian balkon cafe. Mereka berdua dan suasana Surabaya yang ramai.
Tangisan itupun membangunkan
semuanya. Membangunkan Rama dari mimpinya. Dari tidur malamnya yang kurang
nyenyak. Dan ternyata memang semua hanya mimpi. Iya dia sekarang sendiri, tanpa
Rahel disisinya. Dan Rahel memang benar-benar pergi dan tak akan kembali.
Tangispun masih berlanjut saat dia sadar dari mimpinya kalau semua yang dia
rasakan baru saja itu hanya mimpi.
RAMA -----------