Weekend, hari dimana bisa
bersenang-senang untuk sejenak menanggalkan kesibukkan selama beberapa hari.
Kali ini Bintang menghabiskan Weekendnya di sebuah pantai dipinggiran Kota
Malang selatan. Pantai yang kata orang menawarkan sejuta keindahan yang luar
biasa. Membuat rasa penasaran Bintang sehingga tertarik untuk ikut dengan Nasa.
Kalau bukan karena Nasa, mungkin Bintang enggan ikut dengannya. Persetan lah,
yang ada hanya luka. True dan itu terjadi.
Dengan rombongan teman-teman
sekelas dari Nasa, Bintang terpaksa ikut. Karena yang diinginkan Bintang hanya
bisa bersama Nasa. Bukan dengan yang lainnya. Berharap di Pantai nanti bisa
mendapatkan kebahagiaan dengan Nasa. Berharap hadirnya canda tawa dan senyuman
Nasa.
Berangkat dari kos sekitar jam 6
pagi. Bintang sudah bersiap-siap sedari subuh. Karena awal perjanjian adalah
jam 5 pagi udah berangkat. Tapi itu semua hanya perjanjian yang dengan mudahnya
diingkari dan hanya tinggal perjanjian palsu.
8 motor, rombongan Bintang dan
Nasa berangkat dari tengah kota. Menuju pinggiran Malang selatan. Dalam
perjalanan, Bintang merasakan pelukan hangat penuh dengan cinta. Penuh dengan
kasih sayang. Terlontar juga canda tawa dari Nasa. Membuat perjalanan serasa
begitu cepat. Tak seperti dulu saat Bintang pergi dengan teman-temannya. Terasa
sangat lama dan tak kunjung sampai ditempat tujuan.
Sampai di Pantai sekitar jam 9.
Terbayarkan sudah rasa penasaran Bintang dengan pantai yang selama ini
dikatakan oleh orang-orang sangat indah pemandangannya. Banyak batu karang yang
menonjol ditengah-tengah laut. Seperti pulau yang ada ditengah-tengah laut.
Ingin rasanya singgah ketengah laut itu. Untuk sejenak menghabiskan rasa bosan
dan lelahnya Bintang dengan dunia yang fana ini.
Bintang pergi sendiri, menyusuri
pinggiran pantai. Ditemani deburan ombak yang silir berganti menyambut langkah
kakinya. Tak sengaja kaki itu pun basah oleh ombak yang begitu besar. Udara
pantai yang menyejukkan membuat perjalanan menyusuri pantai menjadi lengkap.
Dengan air dilautan yang biru kehijauan menjadi warna yang ada dimata.
Pertengkaran antara Bintang dan
Nasa, timbul karena ada rasa kurang pedulinya satu pihak. Pertengkaran yang
seharusnya tidak perlu terjadi. Hanya karena kurang mengertinya satu posisi. “Sayang
ambilin minum dong, haus nih”. Pinta Bintang pada Nasa dengan rasa sayang. “Iya
sayang sek ya aku ambilin”. Dengan rasa senang Nasa memenuhi permintaan Bintang
yang gak terlalu merepotkannya.
Dipepohonan yang ada dipinggir
pantai, Bintang merebahkan tubuhnya. Meluruskan sejenak otot-otot kakinya. Yang
lelah setelah 2 jam berkendara. Menunggu Nasa kembali dengan membawakan air
minum. Ditemani semilir angin yang datang menerpa kulitnya yang terasa panas
karena sengatan matahari. Tapi, lama Bintang menunggu dan Nasa tak kunjung
tiba. Dia menoleh kearah belakang dan melihat Nasa asik bercengkrama dengan
seorang temannya.
Bintang hanya bisa diam dan
mencoba mengerti apa yang dilakukan Nasa pada dirinya. Kembali Bintang
meluruskan kakinya. Menikmati udara pantai dan mencoba melupakan sejenak rasa
kering di tenggorokannya. “Sayang, maaf ya aku lupa” denga wajah yang sedikit
menyesal Nasa menghampirinya. “Iya sayang gapapa”. Dengan senyuman yang dipaksakan
Bintang untuk Nasa, untuk menghindari pertengkaran antara dia dan Nasa.
Waktunya makan siang,
temen-temen sudah mempersiapkan makanan dari rumah. Ikan, Bintang benci dengan
makanan itu. Dia enggan memakan makanan itu. Dia memutuskan membeli mie goreng
yang ada dideket pantai dengan telur ceplok sebagai lauknya. Sementara teman
yang lainnya dan juga Nasa, dengan lahapnya memakan Ikan bakar, yang mereka
rasa itu makanan yang sangat lezat. Beda lagi dengan Bintang. Ikan merupakan
makanan yang sangat absurd baginya.
Makanan berbeda sendiri, makan
pun sendiri. Nasa lupa, lagi lagi lupa. Ingin rasanya Bintang beranjak dari
tempat itu. Memilih tempat di pinggir pantai dengan ditemani suara ombak dan
angin yang semilir. Daripada harus ada ditempat yang menjadikan dirinya seperti
patung. Tapi itu semua tidak dilakukan oleh Bintang. Dia tidak sampai hati
melakukan hal itu. Karena dia masih menghargai teman-teman yang lainnya.
Makan siang sudah selesai. Ingin
rasanya mata ini terpejam walau hanya sekejap. Duduk disebuah tempat dipinggir
pantai, Bintang membuka laptopnya. Menulis apa yang dia rasakan hari ini, semua
keindahan yang dia dapatkan. Semua rasa yang dia dapatkan. “Kamu lagi ngapain?”.
Suara Nasa yang tiba-tiba menghampirinya. “Aku lagi nulis tugas nih”. Saut Bintang
yang sebenernya bukan hal itu yang dia lakukan.
“Aku mau tidur yaa”. Ucap Nasa
dengan mata yang sedikit memerah. “iya la tidur disini aku tungguin”. Jawab
Bintang dengan penuh senyuman. Ditatakan tasnya yang cukup banyak isinya. Supaya
Nasa bisa tertidur dengan tanpa merasakan sakit dikepalanya. Ditutup mukanya
dengan jaket Bintang. Dan yang terlihat hanya matanya yang terpejam dengan pipi
yang memerah.
Selesai Bintang menulis sedikit
cerita dihari ini. Dia mengambil gitar, menyanyikan sebuha lagu kesukaannya. “pedih”
dari Last Child. “Hanya diri sendiri yang tak mungkin orang lain mengerti”. Sebait
lirik yang paling bermakna. Dia menyanyikan dengan sepenuh hati. Hingga mungkin
karena suaranya yang cukup memecahkan telinga, membangunkan Nasa dari tidurnya.
Dilihatnya Nasa dengan matanya yang memerah. “Kok gitarnya ada disini?” tanya
Nasa yang masih linglung. “iya tadi aku ambil”. Jawabnya sambil tersenyum
karena melihat Nasa yang masih linglung itu lucu sekali, dengan pipi yang merah
dan ada bekas tindihan dari tas yang dia tiduri.
Masih malas Nasa untuk bangun
dari tidurnya. Mungkin dia lelah, Bintang hanya mencoba mendekatinya,
melihatinya, dan menatap matanya. Sesekali dia melihat bibir manisnya, ingin
rasanya dia mengkecup bibir manis Nasa. Untuk sedikit merasakan cintanya.
Tanpa pamit, Nasa pergi
meninggalkan begitu saja. Tanpa dia sadar, bahwa dari awal dia tidur Bintang
telah menemaninya. Bintang hanya bisa tersenyum melihat perilaku Nasa. Perilaku
yang sangat sering Nasa lakukan. Dari pada sakit menahan sesak, Bintang
memutuskan untuk sholat Dzuhur, sembari menenangkan hatinya yang gunda. Ditambah
dengan melihat Nasa diceburkan ke laut oleh teman-temannya. Rencana untuk
bermain nanti malam mungkin akan gagal. Karena Nasa tidak membawa sehelai baju
apapun untuk gantinya.
Setelah sholat, Bintang duduk
dibawah pohon kelapa. Duduk diayunan yang terbuat dari sebongkah kayu
memanjang. Ditemani musik diheadset dengan volume kencang. Nasa datang
menghampiri dengan kondisi yang basah kuyup. Bintang marah, dengan melihat Nasa
bajunya seperti itu karena ...... . Maaf itu disensor.
Nasa pergi begitu saja
meninggalkan Bintang, tanpa dia ingin mengetahui kenapa Bintang marah. Setelah sadar
Nasa tidak membawa sehelai baju ganti. Bintang teriak padanya “ Sa, ini kaosku pakek”
dengan nada yang cukup kesal, Bintang memberikan Kaos dan Jaketnya.
Ashar pun tiba, Bintang bergegas
kemasjid untuk beribadah. Sejenak dia lelah, dia serahkan semua padaNya. “kalau
Nasa bukan jodoh yang tepat, perbaiki dia, sadarkan dia Tuhan”. Secuil doa yang
dia panjatkan dengan setetes air mata yang terjatuhkan.
Menunggu Nasa dan teman-temannya
bersiap untuk kembali ke kota, Bintang menyendiri dan melanjutkan tulisan yang
tadi terpotong. Mencurahkan semua yang dia rasakan hari ini. Susah senang semua
dia tuliskan. Dan Nasa tiba-tiba menghampiri. Dengan rasa kesal Bintang meninggalkannya
menuju motor untuk bergegas pulang.
Emosi yang sedari tadi membara,
kini terpecahkan semua. Bintang meluapkan dengan berbicara lantang dan keras. Bukan
lantang kasar, tapi Lantang dengan air mata kekecewaan. Diatas motor terjadi
cekcok mulut dengan Nasa. Bintang menjelaskan semua kebodohan Nasa. Dan Nasa
bukan merasa bersalah melainkan malah bentak-bentak.
Akhirnya Nasa mengerti apa
salahnya dia. Air mata keduanya menemani perjalanan pulang dari weekend yang
membosankan bagi Bintang. Pelukan yang sangat erat dari Nasa, membuat Bintang
nyaman, tenang dan berhasil meredam emosinya. Emosi yang terlalu kecil untuk
mengalahkan rasa sayangnya dengan Nasa yang begitu besar.
Semakin erat pelukannya, karena
rasa bersalah yang dia lakukan terhadap Bintang. Dia sekarang paham apa yang
Bintang inginkan. Mungkin dia sayang, tapi masih belum mengerti apa yang
diinginkan Bintang.
Ingin ke alun-alun kota. Tapi waktu
sudah terlalu malam. Karena jarak alun-alun yang lumayan jauh dari tempat
tinggal Nasa. Maka urunglah niatan tersebut, dan lebih memilih untuk makan
malam disalah satu warung makan didepan kampus UMM. Sembari melepaskan rasa
lelah, lelah jiwa dan raga, hati dan pikiran.
Diantarnya pulang Nasa oleh Bintang,
karena masih ingin bersama dengannya. Bintang memilih berputar-putar dijalanan
Malang yang cukup ramai dengan kendaraan bermotor. Karena moment malam minggu,
banyak muda mudi yang sibuk dengan pasangannya masing-masing. Hingga membanjiri
jalanan karena lalu lalang kendaraan bermotor yang cukup padat.
Akhirnya sudah sampai dideket
rumah Nasa. Ada kejadian yang awkward sekali. Nasa menjatuhkan handphonenya. Jatuhnya
sih gak masalah, kalau rusak pun juga gak masalah. Yang jadi masalah adalah Hp
itu jatuh didepan kuburan. Kejadian yang absurd sekali. Dimana tidak ada
penerangan yang memadai untuk mencari batrai hape yang jatuh disekitar
rerumputan. Karena suasana yang cukup gelap, akhirnya Nasa memutuskan untuk
mencarinya dikeesokan harinya.
wahh,, hebat dunk sambil uji nyali hp jatuh depan kuburan gelap pisan....
ReplyDeletelain kali jagan lupa bawa senter n batreinya dcek jg,
itu daerah malang mana kok sampek segitunya?
Mueheheh :D orang jatuhnya gak d rencanakan mbak :D malah d suruh bawa senter. saya tinggal d malang kota. itu hanya cerita kok
Delete